pada tanggal
Parenthood
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
.post-body { line-height:2.8em; letter-spacing:1px;
Langsung ke konten utama2. Membesarkan Anak tanpa Bentakan
4. Kita Harus Apa saat Anak Susah diatur
5. Cara Terbaik Menghadapi Tantrum
Membuat aturan yang jelas, jadi orang tua terutama ibu sendiri selalu CLEAR apa yang prinsip dan tidak prinsip, apa yang bisa ditawar dan tidak bisa ditawar. Dasar aturan adalah agama, ilmu pengetahuan (contoh kesehatan, alam dll), hukum negara dan adab dalam masyarakat yang kalau dikaji semua itu sudah ada semua dalam Alqur’an dan As Sunnah Masya Allah (ayok kita belajar lagi). Selalu menegakkan aturan itu secara TEGAS, KALEM, KONSISTEN
Penerapan aturan dengan memberikan konsekuensi yang ditegakkan. Jika tidak ditegakkan maka itu artinya kita hanya sedang mengancam. Anak tidak takut dengan kata-kata, anak menghitung perbuatan nyata, ancaman kosong tidak ada gunanya. Berbicara lurus sangat ditekankan dalam hal ini, artinya tidak ada unsur menakut-nakuti apalagi berbohong
Sosialisasikan aturan saat anak dalam keadaan santai dan mau mendengarkan. Di dunia ini semua hukum selalu ada konsekuensinya. Bedanya adalah konsekuensi itu sudah direncanakan sejak semula, sudah disosialisasikan, dan ditegakkan dalam kondisi tidak emosional. Sementara ancaman kebalikannya. bersifat impulsif/mendadak, tidak disosialisasikan sebelumnya, dan dijatuhkan dalam kondisi emosional. Kalau kita menegakan aturan ala roller coaster berbasis emosi, anak akan bingung. Dia akan coba-coba terus melanggar, siapa tahu kali ini lolos (anak itu pintar) :D
Hemat memberi perintah, karena yang sulit bukan memberi perintahnya, tapi MENEGAKKANNYA. Jangan pernah ada perintah kita yang tidak terlaksana, itulah kunci memenangkan respek dan ketaatan anak
Nah gimana setelah coba dipraktekkan? Kalo pengalaman saya sih, lumayan ngos-ngosan hahaha. Karena keluarga kami bermasalah dengan emosi yang hal itu ternyata sudah menular ke anak pertama dan sedikit nyipratin anak ke-2, then antena atau alarm saya sebagai ibu nyala, memberi peringatan tentang bahaya jika terus membiarkan hal itu terjadi, lalu saya belajar tentang “Jika ingin merubah orang lain maka yang pertama harus berubah adalah diri kita sendiri dulu”, yang hal ini ternyata memang urgent harus dilakukan karena, bad news, kami membawa setumpuk PR saat memasuki dunia berkeluarga ini, Masya Allah sedihnya bikin terpukul iya, tapi sebagai ibu yang sebagian besar waktu saya habiskan bareng anak-anak, saya tahu saya berpengaruh banyak dan sudah di posisi hampir ketinggalan, lalu saya harus berlari. Bagaimana mengejar ketertinggalan itu? Maksa! Iya saya harus memaksa diri saya untuk keluar dari kotak saya, melihat dari luar dan menilai bagian mana yang salah… Alhamdulillah karena sudah ada ilmunya jadi saya tinggal ikuti petunjuk penggunaannya. KOENJI dari menerapkan HoO ini sih menurut saya ada pada:
Orangtua terutama ibu berperan sebagai manajer atau pengatur dalam semua aspek kehidupan anak mulai dari bangun sampai tidur lagi, samakan visi misi sama suami ya buibu biar sekata soal bagaimana mendidik anak dan peraturan seperti apa yang diterapkan di rumah. Untuk memudahkan membuat aturan atau kebiasaan yang akan diterapkan awali dengan pertanyaan ke diri sendiri dengan awalan ‘Apa?’, ‘Prinsip/Bukan’, ‘Mengapa’, ‘Bagaimana Caranya?’ (Jika prinsip konsekuensi apa yang dikenakan, jika tidak prinsip pilihan apa yang akan diajukan atau negosiasikan).
Contoh: Apa -> Makan diam di meja, Prinsip/Bukan -> Prinsip, Mengapa -> Jika sambil melakukan aktivitas lain maka akan menjadi kebiasaan tidak baik dan anak tidak bisa menghargai dan menikmati makanan yang akan berdampak pada pola makan anak nantinya , Bagaimana Caranya -> sampaikan pada anak dengan bahasa yang mudah dimengerti dan tenang, “Mulai besok kakak makannya diam di meja makan ya, jika tidak bisa diam berarti jam makan selesai dan tidak ada camilan sampai jam makan berikutnya/melarang anak memakan cemilan kesukaannya/tidak main gadget dsb (sesuaikan dengan kondisi anak).
Sebisa mungkin hal-hal yang prinsip dipastikan dilaksanakan anak dengan mengkawalnya entah itu oleh kita sendiri atau kita delegasikan kepada orang lain dengan disampaikan di depan anak langsung sebagai berita.
Support system sangat penting ya buibu. Ingat bahwa untuk mencapai tujuan ‘Anak Memiliki Kebiasaan Baik’ dalam kehidupannya, maka ada peran penting orangtua sebagai role model anak, artinya jangan membuat aturan yang hal itu justru berlawanan dengan apa yang dilakukan orang tua. Hikmahnya…. Kita akan sama-sama belajar untuk membuat kebiasaan baik jadi saat kita menerapkan aturan pada anak secara tidak langsung aturan tersebut juga berlaku untuk orangtua dan oranglain yang tinggal serumah dengan anak.
Tegas, Kalem dan Konsisten dalam menegakkan peraturan. Tegas artinya saat aturan yang diterapkan itu dilanggar maka konsekuensi itu harus diberikan bagaimanapun kondisi anak. Contoh, Anak belum bisa diam saat makan maka sampaikan dengan KALEM, “Kakak tidak boleh main gadget ya nanti siang soalnya kakak makannya tidak diam di meja”, jika anak menangis saat dikenakan hukuman maka kita lakukan VE tanpa menarik hukuman tersebut. Jadi kalem itu artinya kita tidak lagi gemes-gemesnya ato udah dititik didih atau malah lagi meledak, BIG NO, kita harus dalam keadaan normal dan sadar saat menegakkan aturan itu. Konsisten artinya saat kita sudah tetapkan satu hal sebagai aturan maka tidak boleh ada satupun pelanggaran yang tidak dikenakan kosekuensi. Dari hal ini memang dibutuhkan effort kita sebagai ibu tapi Insha Allah lambat laun anak-anak akan mulai kesetting dengan hal-hal yang kita ajarkan kepada mereka.
Selalu berikan apresiasi saat anak mematuhi aturan entah itu berupa pujian (sampaikan dengan penekanan usaha yang sudah dilakukan anak) atau reward barang/makanan/hal kesukaan mereka. Karena sejatinya peraturan yang kita buat untuk mereka adalah bentuk sayang dan cinta kita kepada mereka
Pada postingan berikutnya saya akan jelaskan tentang Validasi Emosi yang perannya sebagai support system utama dalam mewujudkan Kebiasaan Baik in, ditunggu yaa😊
Komentar
Posting Komentar