pada tanggal
Parenthood
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
.post-body { line-height:2.8em; letter-spacing:1px;
Langsung ke konten utamaSebagai seorang muslim hal pertama yang saya lakukan adalah bermuhasabah diri kepada Allah SWT. Dirunut lagi kira-kira kehidupan kita (mulai dari ibadah, bangun tidur, berkegiatan, bekerja dan bermuamalah hingga kita tidur lagi) apakah sudah sesuai atau belum dengan perintah Allah? Sudah sesuai belum dengan Sunnah dari Rasulullah? Bagaimana hubungan kita dengan pasangan? Istri terhadap suami? Suami terhadap istri? Cara taunya gimana? Cari tauLaaaah….belajar hehhehe. Tapi ke depan saya bakal nyicil rangkuman materi yang saya pelajari di kulwap Bengkel Diri yang isinya lumayan bisa menjawab pertanyaan ini (gak janji bakal cepet). Dari sini biasanya kita harus berintrospeksi diri dulu, memperbaiki diri dan hal-hal yang ternyata, misalnya, belum sesuai dengan syariat agama. Lalu kita kembalikan masalah yang terjadi pada anak kita kepada pencipta mereka yaitu Allah SWT. Sebagai seorang ibu yang Insha Allah diijabah doanya, kita adukan semua itu sama Allah dan minta petunjukNya. Lalu kita mulai deh ikhtiar memperbaiki, jangan lupa niatkan karena Allah ya dear friends buibu karena segala hal yang kita niatkan karena Allah maka kita harus yakin yang akan membersamai dan menolong kita nantinya, Insha Allah, ya Allah juga, entah nantinya kita dipertemukan orang atau secara random menemui hal yang menjawab pertanyaan itu, ya itulah pertolongan Allah
Ikhtiar, cari tahu ilmunya, cari cara yang tepat bagaimana kita bisa sampai pada tujuan atau bagaiaman kita mengatasi masalah pada anak. Tujuan orang yang mau ke Jakarta tentu akan beda jalurnya dengan orang yang mau ke Semarang kan, pun saat kita sama-sama mau ke Jakarta tentu titik awal kita belum tentu sama dengan orang lain, makanya dari hal itu tentu cara, jalur dan effort yang harus kita lakukan akan berbeda juga, namun kita perlu tahu cara terbaik untuk bisa sampai ke tujuan kita. Apalagi dalam hal mendidik anak tentu kita tidak mau anak kita jadi bahan trial error orangtuanya yang hal itu mungkin malah akan merusak fitrahnya. Mencari ilmu pada jaman berbasis internet saat ini rasanya sudah menjadi hal yang sangat mudah diakses meski dari rumah. Bahkan sejak maraknya WFH saat ini menciptakan peluang belajar dari rumah semakin tinggi, banyak ahli, pakar parenting dan praktisi membuat program belajar lewat kulwap atau webinar dengan biaya yang cukup terjangkau. Atau bisa juga dengan membaca buku atau tanya orang-orang terdekat yang misalnya mempunyai anak dengan kasus yang sama atau mirip. Hal itu dikembalikan pada kondisi anak ada pada tingkat bermasalah di mana karena jika sudah sampai mengganggu atau terjadi penurunan signifikan pada kondisi kesehatan atau sikap anak maka hal yang paling tepat adalah membawa anak kita pada ahlinya, misalkan dokter atau psikolog.
Praktekan, point ini menurut saya sangat membutuhkan effort dari kita sebagai orangtua karena orangtua ibarat supir untuk perjalanan ini. Akuilah bahwa anak bermasalah bersumber pada orangtua yang “Ada salah apa sampe anaknya jadi seperti demikian?”. Itu yang saya alami sih…. Bahwa saya menikah tanpa ilmu, lalu punya anakpun demikian…walhasil saya harus tertatih-tatih melewati setiap fase kehidupan berkeluarga, jungkir balik sampe nyaris masuk jurang keknya, duh!
Tidak bosan, tidak menyerah saat satu langkah kita terhalang oleh, misalnya, feedback negative dari anak, anak tidak menunjukkan perubahan atau kita merasa lelah karena ternyata keseharian bukan hanya soal mendidik anak, pheww (lap jidat)!!
Serahkan hasilnya pada Allah SWT, inti dari memperbaiki adalah tidak berhenti tapi tidak menutup diri dari kemungkinan lain, memberi jeda dan ruang untuk mereview apa ada yang salah atau terlewat dari yang sudah kita usahakan dan YA tetap berprasangka baik karena saat di awal kita pikir dengan cara A bisa memperbaiki namun ternyata banyak hambatan atau tidak berhasil, maka balik lagi ke No.1 di atas
Percayalah setiap usaha yang diniatkan karena Allah bagaimanapun hasilnya akan selalu meninggalkan pelajaran berharga untuk kehidupan kita yang bisa jadi jika itu berupa kegagalan malah mendorong kita untuk naik ke level belajar berikutnya. Udah nambah sabarnya, udah paham ritmenya cuman tinggal gimana mengatasi solusi yang lain. Intinya pasti ada satu atau beberapa masalah sebenarnya teratasi hanya belum selesai secara utuh, maka tugas kita tinggal lanjutkan belajar dan ikhtiar. Bukannya memang seperti itu kehidupan? Kita berjalan dari satu kejadian ke kejadian berikutnya, dari masalah satu ke masalah berikutnya…. Dan pilihan ada pada kita mau mengisi setiap titik kehidupan kita dengan mengeluh dan pasrah atau terus berjalan, gak papa rehat sejenak, lalu melanjutkan perjalanan sambil terus mengambil pelajaran yang menumbuhkan kita jadi manusia yang lebih baik dan diridhoi Allah.
Komentar
Posting Komentar